ROMANTISME SAMBAL TERASI



Asis Muslimin, Psikolog

Iman saja butuh senantiasa diperbaharui. Apalagi tentang mencintai pasangan? 

Apakah cinta ayah kepada bunda juga perlu diperbaharui? Atau ungkapan rindu perlu dinyatakan kembali? Absolutely yes!

Dalam konteks keayahan, memperbaharui kalimat sakral itu patut dipertimbangkan. Ayah keren akan melakukan beberapa tirakat untuk memperbarui cintanya kepada bunda. 

Tirakat pertama, bagaimana caranya memperbaharui cinta dengan indah. 

Ada tirakat vertikal dan ada tirakat horizontal yang bisa ditempuh. Tirakat vertikal tentu dengan mendekatkan kepada pemilik jiwa sang bunda. 

Semakin mendekatkan diri dengan pemiliknya, tentu akan bisa memperbaharui cinta dan rindu dengan jalan by pass. Kalau yang berkehendak Dia sang Pemilik Jiwa, apakah ada kekuatan di semesta raya yang mampu membendungnya. Saya yakin, Ayah diluar sana sangat memahami apa yang harus dilakukan

Namun, yang ingin saya bahas disini adalah tirakat–tirakat horizontal. 

Ternyata untuk menjadi ayah keren memang effortfull. Butuh kerja keras menyeimbangkan dan menyelerasakan frekwensi tidak hanya dengan sang bunda, tetapi juga dengan pernak-perniknya. 

Pertama, tirakat menciptakan romantisme baru. Kenapa baru? Biasanya romantisme yang dulu pernah hadir tergilas oleh rutinitas hingga terasa hambar. Apalagi kalau usia sudah senja, seakan perkara itu bukan miliknya lagi. 

Biasanya berkata," romantis-romantis segala! Sudah tua. Malu tu ama umur!

Kayaknya ayah itu lupa bagaimana Rasulullah memperlakukan istri-istrinya dengan begitu romantis. 

Bagaimana cara beliau menghapus air mata Ibunda Sofiyah tatkala menangis dibarisan belakang terus dikarenakan untanya lamban berjalan. Bagaimana beliau memanggil dengan panggilan teromantis sepanjang masa," ya khumaira, wahai pemilik pipi merah. Waduhhh...baper parah cuyy! 

Tirakat itu tentu membutuhkan seni agar menghasilkan estetika yang menawan. Pasti akan terasa asyik dan menghujam ke relung terdalam. 

Hal itu tidak akan sampai pada tingkat yang diharapkan jika menggunakan cara-cara konvensional seperti pada umumnya.  

Jika ayah biasa dengan jurus konvensional , “ honey, I love you so much , tetapi tidak untuk ayah keren.

Ia akan  selalu menempuh jalan beyond the ordinary way. Ia akan memilih jalan yang melampaui cara cara ayah biasa. 

Ayah keren tatkala menyatakan rindu kepada istri, tak segan-segan mengeluarkan jurus penyair clurit emas, Zawawi Imron: 

Kalau mendung hitam bertengger di atas kepala jangan larang hujan turun ke bumi

Kalau angin bertiup dengan kencangnya, jangan larang daun-daun kecil berguguran

Kalau senyummu selalu mekar dalam hatiku jangan larang aku tetap setia dan rindu kepadamu

Sang bunda auto klepek-klepek! Baper parah...  😍

Jurus ini akan menumbuhkan bulir-bulir romantisme. Pelan tapi pasti cinta dan rindu akan mengembang memenuhi segala penjuru. Itulah jika seni mulai bekerja, ia akan indah pada waktunya. 

Romantisme tidak mau dimonopoli oleh yang muda-muda saja. Bahkan yang berusia senjapun sah-sah saja memilikinya. 

Romantisme itu milik semua sepanjang mereka masih memiliki rasa dan cinta. Tentu secara teknis butuh penyesuaian.

Rangkai sebisanya, selebihnya biarlah semesta yang membuatnya sempurna. Setelah itu lihatlah apa yang terjadi?

Cinta kan mewangi di sanubari dan rindu mengharu biru di relung kalbu.


Tirakat kedua adalah bertirakat memaknai rutinitas. 

Bagaimana tidak? Jika kehidupan pernikahan puluhan tahun, maka ia kan tergilas rutinitas yang nyaris sempurna. 

Soal-soal yang merutin betapapun enak rasanya, cepat atau lambat ia akan berubah menjadi membosankan dan hambar.

Rutinitas itu kalau tidak dimaknai ulang, maka ia akan menjelma menjadi ruang hampa yang berisi kejengahan. Potensi  biang-biang kericuhan domestik rumah tangga sdh bermunculan.

Jadi bertatapan dengan orang yang kita cintaipun, ternyata butuh tirakat panjang agar ia tetap kita cintai. 

Tatkala melihat lipatan- lipatan kulit sang bunda, bergegaslah mencari pemaknaan ulang yang baru. Nilai apa saja yang bersemayam dibalik lipatan kulit yang tak kencang lagi. 

Namun, jika Ayah keren 

berbaik hati kemudian membelikan sepaket skincare pengencang kulit, sepertinya bunda dengan senang hati menerimanya ☺️

Upaya pencarian nilai tersebut jika mengandalkan piranti intelektual maupun emosional bersiaplah zonk. Gunakan piranti spiritual untuk memotretnya. 

Spiritualitas Ayah keren pasti akan temukan kedahsyatan nilai dibalik lipatan kulit yang mulai menua.  

Dibalik lipatan kulit yang tak muda itu, nampak jelas nilai kesetiaan. Lipatan itu sebagai persaksian tentang kata setia tak peduli ayah berduka atau suka. Tak peduli kaya atau baru berencana kaya.

Sebuah kesetiaan yang tak kaleng-kaleng. Kesetiannya bak setianya mentari yang tak bosan menghangatkan bumi. 

selain itu, tersimpan nilai pengorbanan tanpa ujung. Bak pengorbanan ibunda Khadijah kepada sang utusan mulia yang memberikan seluruh hartanya untuk dakwah, bahkan tulang belulangnya diminta untuk diambil dari kubur jika tulang itu masih dibutuhkan untuk menegakkan risalah 😭

disisi lain, ia tergambar layaknya gelombang cinta yang menggulung siap membelah samudera hasutan yang mendera. 

Provokasi yang menghampiri kan tertunduk malu meniada dihadapan ketulusan cinta sang bunda. Sebuah energi yang menumbuhkan. 

Tersimpan juga didalamnya sebuah kearifan dan kebijaksanaan yang menenangkan. Setenang ibunda Khadijah disaat menenangkan Rasulullah ketika menerima wahyu pertama.

Tirakat ketiga adalah bagaimana sang ayah harus beradaptasi dengan kenangan yang dimiliki sang bunda.

Ternyata tidak hanya lagu kenangan yang mengabadi bahkan di rumah, ayah keren harus berjibaku dengan apa yang disebut dengan daster kenangan. 

Daster legend, yang berwarna bladus, penuh dengan jahitan permak tetapi tetap dipertahankan dipakai demi sebuah jejak kenangan yang memorable.

Jika disuruh membuangnya dan akan dibelikan yang baru dan mahal. Katanya,” Ayah, daster ini penuh kenangan. Jangan coba-coba membuangnya! 

Ayah tahu gak, daster ini adalah daster pertama yang dibeli dengan gaji pertama ayah. Ayah bela-belain beli ini karena sudah berjanj akan membeli dengan gaji pertama ayah. 

Padahal gaji ayah kala itu belum seberapa. Tahu gak Yah, ketika ayah belikan daster ini aku menangis terharu. it really left a mark on my heart Itu sangat membekas dihatiku. Dibalik daster buluk itu terpancar cinta ayah, kerja keras ayah, tanggung jawab, upaya menepati janji, ah terlalu manis untuk diulang momen itu. Waduh...gantian sang ayah yang terharu 🥲🌹🌹

Terus sekarang kenangan itu mau Ayah buang? Tega amat Yah!! Pokoknya jangan, titik. 

Kalau wanita sudah berkata pokoknya, jangan dilawan deh. Kamu pasti kalah. Sebab wanita itu adalah makhluk terkuat di bumi 😄

Asal tahu saja ya, daster itu jika dipakai istri, maka suasana berubah mencekam, agak-agak gimana gitu. Tetapi bagaimana lagi, makhluk terkuat dibumi sudah berkendak, apa daya diriku 😄

Mungkin tidak semua, tetapi ada keluarga yang istrinya pengagum barang barang legend seperti itu. 

Tetapi apakah hanya karena warna bladus itukah perkawinan menjadi merosot? NO !!!

Ayah keren hanya butuh mengakrabi saja seluruh peradaban warna bladus dan tambalan disana sini itu tanpa penghakiman. 

Ia hanya butuh memperlebar bangker jiwa untuk memberi ruang pada warna yang sudah tidak jelas dan tembelan disana sini. 

Tirakat selanjutnya adalah memberikan apresiasi meski dalam keadaan kalut didapur. 

Yang terakhir ini pengalaman penulis sendiri sih. Ini tentang mengapresiasi istri yang berjibaku dalam membuat sambel terasi.

Menurut saya, terasi itu adalah salah satu keajaiban dunia yang ke sembilan. Karena ia mendiskripsikan tentang rasa dan bau yang tidak seimbang. 

Sikap fanatik tak sedikit terbentuk jika sudah terpapar dahsyatnya pengaruh sambal terasi.

Tetapi lihatlah! Ketika anda sudah dikutuk oleh sambal terasi ini, dimanapun anda tinggal, bahkan di luar negeri sekalipun anda akan gelojotan jika makan tidak dibersamainya. Memang sambal terasi itu sangat menggemaskan. Pengen tak hiiiiiihhh !!! 😄

Sambal terasi itu hanyalah satu dari opsi kebinekaan sambal. Sambal terasi itu komposisinya rumit. Nguleknya itu harus mengeluarkan effortfull. 

Bertahun-tahun menikah, saya alpa mengapresiasi bagaimana sempurnanya istri mengulek sambal terasi itu dan saya belum pernah menjatuhkan talak apresiasi kepada beliau. 

Kesadaran itu mulai muncul bahkan sudah berjalan lebih dari satu dekade umur pernikahan. 

Begitu sadar aku peluk istriku dari belakang, dia kaget. Istriku menggeliat risih,” ih abi, apaan sih? Umi baru keringetan di depan kompor nih. Sana-sana, ngrepotin aja!!

Aku kemudian berkata,” tenang mi, abi melihatmu selama nikah, baru ini abi terharu sama kamu. Istri tetap cuek sambil berkata, alah... gombal!

Maka kukatakan,” kesinilah istriku, mendekatlah. Aku bisikkan ke telinganya ,” menciummu di kala cantik itu standar, itu suami cemen. 

Tetapi menciummu disaat kalut didapur ngulek sambel seperti ini, itu jihad akbar !!!! 😄

Kesadaran tentang romantisme sepertinya penting dimunculkan untuk memberi warna baru dalam sebuah hubungan. 

Maka jika kesadaran ini tidak dibiasakan even itu sebuah kemulian, maka ia akan terdengar asing di telingan pasanganya. 

Kalau romantismu seperti apa?

Wallahu A’lam

17 Juni 2024

Posting Komentar untuk " ROMANTISME SAMBAL TERASI"