Parenting - Ayah Azis Part 3



Part 3 (part terakhir)

Lanjutan sesi tanya jawab dengan salah seorang peserta yang berasal dari betawi dalam sebuah acara parenting akbar dan halal bi halal

***********


Psikolog: seperti yang sudah kita bahas tadi, bahwa akar ketidakbahagiaan kita itu adalah selalu menuruti apa kata ego. 


Kenapa ego menjadi akar ketidakbahagiaan kita? 


Karena ego selalu melihat kita hanya sebagai tubuh jasmani, sementara ego tidak melihat bahwa pada hakekatnya kita adalah makhluk spiritual yg bersemayam pada tubuh Jasmani. 


Karenanya sebenarnya didalam diri kita juga disediakan god spot yg dimungkinkan untuk memilih pengampunan dan cinta kasih. Tetapi provokasi ego lebih kuat kayaknya dikarenakan otot-otot godspot tidak pernah dilatih dan teraktivasi


Ego adalah bagian diri kita yang meyakini bahwa kebahagiaan itu bersumber pada dunia luar melalui akumulasi hal-hal. 


Sistim pemikiran ego itu berdasar pada rasa takut, rasa bersalah dan menyalahkan. Sistim ini didalihkan untuk melindungi diri kita dari ancaman yang berasal dari luar diri kita.


Misalnya nih, ego akan mengatakan jika kita menemukan hubungan yang tepat maka segala sesuatunya akan terlihat sempurna dan ketika ada konflik maka kita akan mencari seseorang atau situasi yang dipersalahkan.


Peserta: Ok, trus...


Psikolog: mengingat ini adalah cara kerja ego, maka tidak mengherankan jika ego tidak percaya kepada pengampunan. Bahkan ego akan melakukan segala cara untuk meyakinkan kita bahwa seseorang yang menyakiti kita di masa lalu tidak pantas untuk mendapatkan pengampunan kita. 


Ego akan semakin gencar menghembuskan  bisikan bahwa satu satunya cara untuk melindungi diri kita sendiri dari bahaya yang lebih lanjut adalah dengan menghukum orang lain dengan kemarahan dan kebencian kita, menghindari mereka sehingga mereka akan merasa bersalah atas apa yang mereka lakukan. 


Ego akan membisikkan lebih kenceng lagi bahwa hanya orang-orang yang bodoh, tolol bin bahlul yang memaafkan seseorang yang telah menyakiti atau mengancam kita di masa lalu.


Bahkan, heee...hee (psikolog tersenyum tipis) ego juga membisikkan begini, " heyyy pak, enak aja lu ngomong begono, lu kan kagak ngerasain apa yg gue rasain!!! Lu enteng aja ngomong itu!! Gue nih yang tersakiti terluka. Perih tahu!!! Atau semacamnya? bener kagak tuh omongan saya?


Peserta: Busyettt dah, bener lagi!!!


Psikolog: Ciee..ciee, die ngaku ha...haaa!!!!


Peserta: Maafin gue ya pak!! Btw semakin penasaran nih. Karena gue rasain emang seperti itu...


Psikolog: Asal Ibu tahu aja ya, ego itu penuh dengan kontradiktif. Ego itu harus berusaha keras menyembunyikan fakta bahwa ketika kita merawat kemarahan dan kebencian untuk menghukumnya sebenarnya pada hakekatnya kita telah memenjarakan diri kita sendiri dalam lingkaran setan penderitaan. 


Kondisi itu akan memborgol jiwa kita dalam penderitaan yg tidak ada putusnya. Ia akan semakin nyata menghasilkan kesedihan, nelangsa dan pada waktu yang sama terhalang dari cahaya bahagia, dan cinta kasih. 


Ego akan memfokuskan diri kita kepada pintu kemarahan, kebencian, derita, kesedihan dan enggan memalingkan leher kita untuk menengok pintu pengampunan, pemaafan, cinta kasih yang jelas jelas terbuka, jauh lebih indah serta siap dimasuki oleh kita kapanpun dan dimanapun .


Ego takkan pernah kehabisan stok rasa sakit, nelangsa, kesedihan, putus asa, letih dan keraguan untuk ditawarkan kepada kita

Ego memandang bahwa kesalahan itu adalah dosa yang takkan terampunkan. 


Ok, apakah ibu semakin paham mengapa pikiran ibu sulit untuk memaafkan dan melakukan pengampunan?


Peserta: ternyata sekompleks itu ya pak? Ok, ok, gue paham.


Psikolog: sekarang saya akan memperjelas pengenalan anda terhadap ego anda sendiri. 


Setelah itu terserah ibu, apakah melangkah melakukan pengampunan atau tetap setia terhadap bisikan ego. 


Sekarang coba ibu cocokkan antara pemikiran ibu dengan alasan-alasan ego yang sulit memaafkan yang akan saya jelaskan setelah ini. kira kira apakah ada kesamaan? 


1. Orang orang itu telah melukai dan menyakitimu. Mereka layak mendapatkan kemarahan, kebencian dan hukuman yang lebih berat darimu. Harus itu !!!


2. Hey, kau jangan tolol deh, jika kau ampuni dia maka dia akan melakukan hal yang sama lagi. Dia akan mengulanginya! Bodoh gak tuh??


3. Kamu menjadi pribadi yang lemah jika kamu memaafkannya, bahkan untuk sekedar mempertahankan hak-hakmu yang dilanggar aja kamu kagak becus. Bego amat sih jadi orang!!!


4. jika kamu memaafkannya, itu sama artinya kamu mengamini bahwa dia benar sementara kamu salah. Trus Apa kata dunia? Secara moral kamu salah dan dia benar fiks!!!


5. Hanya orang-orang bodoh dengan harga diri yang rendah saja yang bersedia 

mengampuni dan memaafkannya.


6. Cara terbaik untuk menjaga jarak antara dia dengan aku adalah dengan tidak memaaafkannya. Enak aja setelah apa yang dia lakukan ke kamu, dia mau deket lagi. Noway!!!


7. Jangan mudah mengampuni, karena hal itu adalah cara terbaik untuk merasa baik sekaligus menghukumnya.


8. Jika kamu memaafkannya itu sama artinya kamu telah keluar dari rasa amanmu.


9. Memaafkan seseorang yang telah menyakitimu adalah tindakan bodoh bin tolol.


10. Kamu akan kehilangan banyak hal jika kamu lakukan pengampunan. Seperti dukungan dan simpati dari orang-orang disekitarmu dan persepsi moral bahwa kamu yang benar dan dia yg salah akan hilang. Dan suasananya akan menjadi cair. Enak di dia dan tidak enak di kamu dong??


Peserta: Bujubuneng!!! Banyak kesamaan lagi!!!


Psikolog: Kembali ya bu, saya tekankan sekali lagi bahwa saya menjelaskan semua itu tidak dalam rangka menyuruh ibu memaafkannya. 


Saya hanya menjelaskan apa yang perlu saya jelaskan. Keputusan ada di tangan ibu. Karena ini adalah hidup hidup ibu sendiri dan ibu sendiri yang akan bertanggung jawab atasnya.


Peserta: Aku pengen pak?


Psikolog: Pengen apa nih?


Peserta: Yaelah...pake nanya lagi. Ya memaafkan dong!!! Jujur ya pak, sebenarnya gue kagak tahan hidup kayak gini. Gue capek mampus pak!!!

Trus caranya gimana dong?


Psikolog: Baik, mulai dengan kesadaran bahwa ibu butuh itu. 


Peserta: iya pak, gue udah capekkkk!!! Gue pengen tenang, damai. Gue akui gue kagak pernah bahagia!


Psikolog: Maasyaa Allah!!! Jujur saya perlu mengapresiasi sikap ibu. Ibu selugas ini menyampaikan masalah ibu ditengah-tengah orang sebanyak ini. Ibu tidak ada rasa canggung sedikitpun.


Peserta: Kenape harus canggung bapakk!! Kan bisa untuk pembelajaran yang laen. Gue yakin pasti di ruangan ini pasti ada yg seperti gue, cuman dienya jaim. Ya kan???maklumlah kita hidup dimana ini??? Terus gimana dong pak,  teknis cara memaafkan??? 


Psikolog: Bagaimana caranya, tentu kurang pas jika dilakukan disini. Karena acara kita kali ini bukan sesi terapi tetapi seminar parenting dan halal bi halal.


Jika ibu berniat serius untuk melakukan pengampunan dan pemaafan ibu bisa minta tolong profesional kesehatan jiwa seperti psikolog klinis, psikiater, terapis lainnya yang memahami tentang forgiveness therapy. 


Karena tidak semua profesional kesehatan jiwa menguasai ketrampilan forgiveness therapy.


Peserta: Jika dengan bapak, aku harus dateng ke mana nih?


Psikolog: ibu bisa datang ke RS. Ortopedi Soeharso Surakarta. Disana ada 3 psikolog kompeten yang siap membantu ibu. Ibu bisa pilih salah satunya.


Peserta: baik, gue akan segera kesana, secepatnya !!!


Psikolog: bapak ibu mari kita berikan tepuk tangan yang bergemuruh atas kerelaan ibu ini mengungkapkan masalahnya dan pada akhirnya bisa menjadi pembelajaran kita bersama.


Seluruh peserta bertepuk tangan yang bergemuruh di ruangan itu plok..plok....plok..suit..suit.....


End

Posting Komentar untuk "Parenting - Ayah Azis Part 3"