JANGAN SEBUT ISTRIMU PENGANGGUR
Asis Muslimin, Psikolog
Refleksi family therapy pada kasus normal bermasalah
Jangan pernah menyebut istrimu sebagai penganggur jika ia memang tidak bekerja di luaran. Karena bahkan ketika ia kau sebut sebagai ibu rumah tanggapun, selalu terdengar nada rendah diri dalam suaramu.
Karena selalu ada kata ''cuma'' sebagai awalannya. Karena ketika kata cuma diletakkan di awal kalimat inti, itu bisa berakibat menyederhanakan yang seharusnya kompleks atau sebaliknya mengkomplekkan yang seharusnya sederhana.
Semua itu sebetulnya hanyalah gambaran sikap meremehkanmu atas status ibu rumah tangga atas seorang wanita yang sebetulnya tengah mengerjakan pekerjaan besar. Bahkan bisa jadi ia lebih besar dari profesimu sendiri.
Semua itu hanyalah gambaran betapa engkau sendiri masih terperangkap pola berpikir kuno seperti yang dipakai orang-orang tua kita dahulu: bahwa hanya orang yang berkerja di luar rumah yang layak disebut bekerja.
Inilah situasi yang membuat seorang kawan, yang telah lulus sarjana dan membuka peternakan ayam di desanya, tetap didera penyakit rendah diri.
Karena meskipun peternakan itu berjalan baik, telah sanggup menggaji beberapa orang pekerja bahkan si kawan sarjana ini mestinya telah berhak memperoleh sebutan juragan. Namun sergapan rasa rendah diri sebagai peternak telah meluluh lantakkankan kepercayaan dirinya. Ia tetap memilih menghentikan usahanya.
Bukan karena usaha bangkrut melainkan karena setiap hari orang tuanya selalu menggerutu, kenapa ia juga belum memperoleh pekerjaan. Karena orang-orang di desanya juga terus melontarkan rasa herannya bagaiamana mungkin bersekolah begitu lama kalau cuma untuk kembali ke desa dan menjadi peternak biasa.
Sekarang di saat sebagian besar wanita sudah mulai bersemangat bekerja di luar rumah, cemaslah atas suatu keadaan yang bisa jadi akan menimpa kita semua yaitu akan ada krisis ibu rumah tangga.
Jika engkau berdua sama-sama bekerja, ekonomi rumah tanggamu bisa jadi akan naik di tingkat yang sangat baik tetapi diam-diam engkau juga sedang berjudi dengan keadaan yang belum tentu engkau akan jadi pemenang.
Karena akan makin banyak anak-anak yang kesepian. Yang ketika mereka bangun pagi, mereka tengah sibuk bergiat hendak berangkat sekolah, mereka akan sama sibuknya sepertimu yang juga bergiat hendak bekerja.
Engkau dan anak-anakmu akan sama-sama didera perasaan buru-buru. Anak-anak itu tak sempat lagi punya kekuasaan meminta, dilayani dan disemangati di saat paling rawan dalam hidupnya.
Ketika anakmu pulang sekolah dengan perasaan lelah, entah karena tekanan lingkungannya yang keras, nilainya yang buruk, gurunya yang tak bersahabat, atau sekadar murung karena ia mulai jatuh cinta, di rumah ia tak menemukan siapa-siapa, kecuali meja makan yang sepi.
Ketika ia bersabar menunggu engkau pulang dengan segenap keinginan butuh sentuhan dan kemanjaan, engkau sendiri sudah dalam keadaan penat karena kerja seharian, karena sikap sinis atasan atau iklim kerja yang tidak memuaskan.
Maka akan makin banyak anak-anak yang menjerit diam-diam. Anak-anak yang jika mereka ingin berkata, tak ada yang sempat mendengarnya.
Anak-anak yang jika ingin kolokan, tak ada yang sempat memanjakan. Anak-anak yang jika sedang murung dan peka, tak ada yang menggubrisnya.
Padahal kita pernah menjadi anak-anak. Dimana jika kita sedang bicara sementara orang-orang tak mendengarnya, kita akan merasa sangat sia-sia.
Marah dan tak berharga. Sungguh sebuah keadaan yang sanggup membuat manusia akan jadi rapuh dan percuma. Keadaan tanpa apresiasi dan pujian adalah sebuah medan yang sangat berbahaya, tidak cuma bagi anak-anak, tapi juga bagi semua dari kita.
Maka jika orang tua lupa waktu pada anaknya, jika pemimpin lupa berempati pada rakyatnya, jika atasan lupa memuji bawahan, jika suami lupa menghargai istri, sesungguhnya orang-orang ini sedang berada di rumah kosong.
Rumah semacam itu pasti kering dan tidak produktif. Hidup di lahan kering sungguh merupakan kutukan yang berat bagi seluruh anggota keluarga. Maka dari itu jangan pernah sebut istrimu penganggur.
Posting Komentar untuk " JANGAN SEBUT ISTRIMU PENGANGGUR"