AYAH DAN UANG BAGIAN 3



By Pak Syam

Founder Komunitas Ayah Keren

Siang yang cerah, suasananya sedikit pas. Enak buat ngopi-ngopi ini.

(+) Gimana kalau sekarang kita ngitung duit dulu ?

(-) Wuuiihh … gaya banget. Ngitung duitnya siapa ?

(+) Ngitung duit orang …

(-) Ngitung duit orang, kurang kerjaan aja !

(+) Lebih asyik ngitung duit orang soalnya.  Ngitung duit sendiri gak asyik. Soalnya gak usah dihitung juga, sudah ketahuan nominalnya.

(-) Iya sih …

Coba searching. Awal Maret 2024 kemarin kan Majalah Forbes merilis daftar orang terkaya di dunia. Kata Forbes, saat ini di dunia ada 2.781 orang miliarder. Jumlah ini, naik 141 orang dibandingkan tahun lalu. Sayang nama saya gak dimasukin di situ, gak seru jadinya. 

Maaf karena terbatasnya laman kita, saya mengambil tiga nama teratas saja ya. 

Rangking pertama ditempati Bernard Arnault. Dia memiliki total kekayaan USD 233 miliar atau Rp. 3,7 kuadriliun. Kuadriliun itu apa, mbuh apa itu, ndah ngeh saya.

Sumber kekayaannya diperoleh dari LVMH alias barang-barang mewah. Dia adalah CEO dan chairman grup perusahaan barang mewah LVMH. 

Kedua Elon Musk dengan kekayaan kekayaan USD 195 miliar atau Rp. 3 kuadriliun. Sumber keuangannya mengalir dari Tesla, SpaceX, X (Twitter). 

Saat ini dia menjabat sebagai CEO perusahaan mobil listrik Tesla, perusahaan roket SpaceX, dan perusahaan media sosial X, dulunya Twitter. Dari sanalah sumber keuangannya mengalir dengan deras. 

Secara usia, dia adik kelas dua tingkat di bawah saya, tapi secara keuangan dia kakak kelas seribu tingkat di atas saya he he. 

Ketiga Jeff Bezos dengan kekayaan kekayaan USD 194 miliar atau sekitar Rp. 3 kuadriliun. Kekayaan didapatkan dari perusahaan raksasa e-commerce Amazon yang dia dirikan tahun 1994 lalu. 

Dia kakak tingkat saya baik dari sisi usia maupun dari sisi kekayaan. Jadi optimisnya saya masih memiliki waktu untuk mengejarnya. Tunggu saja berita selanjutnya he he …

Terus terang saya penasaran dengan cara mereka mengumpulkan kekayaan itu. Kok bisa sampai menggunung melebihi Gunung Merapi seperti itu.

Saya terdorong untuk membaca literatur baik dari buku maupun dari kawan aku inisial AI, untuk merefresh ingatan tentang bagaimana mekanisme uang masuk dan keluar dari rekening kita ? Gimana agar uang kita tumbuh produktif ? 

Sekaligus buat bahan diskusi bareng anak, biar melek literasi keuangannya tambah lebar, dan menghindarkan pola hidup konsumtif.

(-) Ya akhi … kok jadinya beneran ngitung duit orang sih ?

(+) Telat Sampean protesnya. Emang kenapa, risih ya ngomongin duit. Lebih suka ngobrolin soal fikih terus; soal sujud sesuai sunah, hukum bertepuk tangan menurut fikih, atau ikut-ikutan kebawa arus membahas hukum musik, apa iya asy syuara itu bisa diartikan sebagai para pemusik. Gitu ?

(-) Ya gak gitu juga, Cuma gak umum saja. Wong temanya keayahan kok beloknya ke ngitung duit orang. Para sahabat tidak mencontohkan yang kayak gini. Rasululullah juga tidak menganjurkan kita ngomongin uang. Itu hobinya orang kafir (humazah).

(+) Ini beda kontek woe, humazah itu dia gak perduli halal dan haram. Kita tetap junjung tinggi kehalalan duit Bro. Sampean protes, karena gak umum, apa karena duitnya emang gak perlu di hitung ? he he … 

Lagian gak umum tidak berarti tidak baik to. Bisa jadi di kalangan sahabat ngomongin duit tidak popular. Tapi coba baca lagi shiroh nabi, di sana banyak sahabat rasul yang jago bisnis dan orang kaya. 

Mereka memang bukan type orang yang banyak omong, gak banyak cerita soal kekayaan mereka. Mereka type orang yang banyak kerja dan menjadi kaya Demikian juga dengan nabi kita. Iya kan ?

Nabi kita, rasul teladan kita, manusia terbaik sepanjang zaman menjalani masa remajanya dengan kegiatan yang dekat dengan uang (perdagangan). Dan itulah tarbiyah dari Allah bagi calon pemimpin agung ini. Kita meyakini, itulah sebaik-baik tarbiyah.

Beliau menggembala kambing di usia 8 tahun. Inilah proses awal peletakan dasar-dasar leadership yang langsung dihandle oleh Allah. 

Pada usia 12 tahun beliau sering mendampingi pamannya berdagang.Ini tak ubahnya sebagai fase internship dalam mengasah skills bisnis beliau. 

Para penulis shiroh mencatat tak kurang dari 18 kali beliau melakukan agenda bisnis antar negara seperti Yaman, Syiria, Itak, Yordania, Bahrain dan Busra. Tentu ini sebuah proses magang yang sempurna.

Tak heran usia 25 tahun beliau sudah menjadi pengusaha hebat dengan omset yang besar. Saat menikah beliau menyerahkan puluhan ekor unta sebagai mas kawin. Tak berlebihan jika dikatakan,  bahwa unta di zaman itu setara dengan mobil di zaman sekarang.

Itu semua merupakan proses tarbiyah yang sangat luar biasa sebagaimana beliau sampaikan sendiri,”Allah mentarbiyahku langsung, dan inilah sebaik-baik tarbiyah.” (aw kama qola).

Namun begitu, beliau memiliki gaya hidup yang sederhana. Makanan, pakaian dan tempat tidur beliau biasa bahkan sederhana sebagaimana orang kebanyakan. Itulah beliau, manusia biasa tapi tak layaknya manusia pada umumnya, namun sangat luar biasa. Albasyar laisa kal basyar.

Lalu sahabat utama beliau Abu Bakar, Umar bin Khothob, Utsman bin Affan adalah orang kaya. Hanya Ali yang memilih jalan hidup, dengan sedikit harta.

Di kalangan ulama salaf kita mengenal tokoh sufi besar Abdullah Mubarok. Jika musim haji hampir tiba, beliau selalu bertkata kepada kawan-kawannya, “Siapa yang hendak berhaji datangilah aku. Akan kuberi uang sebagai bekal.”

Di hari-hari tertentu beliau akan menghampar meja makan dan mengisinya dengan makanan-makanan lezat. Lalu beliau akan membiarkan rombongan haji, orang miskin, atau musafir untuk ramai-ramai menyantapnya. Padahal beliau sendiri selalu berpuasa hingga meninggal.

Setiap tahun laba bisnisnya, beliau sedekahkan untuk para ulama, ahli ibadah, dan lain-lain. Itulah, sosok sufi Abdullah bin Mubarak, ulama sufi yang zuhud dan kaya raya.

Ulama sufi lainnya yakni Abu Hasan Al-Syadzili, beliau hanya mau memakai pakaian yang bagus. Beliau selalu ingin tampil sempurna dan dikenal sebagai ulama sufi yang kaya. 

Di kalangan pengikutnya sampai muncul anggapan tentang tarekat bahwa tarekat yang paling mudah adalah Syadziliyah karena tarekat ini memperbolehkan hidup kaya. Bisnis beliau di sector perkebunan. 

Lalu untuk kontek Indonesia, kita mengenal Kyai Hasyim Asy’ari juga sebagai ulama besar yang kaya harta. Sebagai pedagang kuda, besi dan hasil pertanian beliau memiliki harta yang banyak alias kaya raya.

Setali tiga uang dengan beliau, Kyai Ahmad Dahlan. Beliau memiliki profesi sebagai pedagang sekaligus pengusaha batik. Konon beliau sudah berhaji saat usia 15 tahun. Tentu bukan orang tipis to ?

Dari beberapa contoh yang saya sebut itu, sebenarnya saya cuma pingin mengingatkan bahwa duit berpengaruh pada proyek kebaikan. Bahkan keberadaan harta itu bisa mendongkrak keshalihan seseorang. Baik keshalihan di level individu maupun level sosial.

Bukankah nabi memberikan wejangan bahwa empat hal yang menyenangkan dalam hidup ini yaitu istri shalihah, rumah yang luas, tetangga yang baik dan kendaraan yang nyaman. Cuan berada dalam jangkauan frekwensi wejangan ini.

Nabi juga berpesan ajari anak-anakmu berkuda. Maka kalau ada ayah kekinian mengajarkan anak-anaknya nyetir mobil, nyambung juga itu spiritnya. Itu termasuk bagian dari penyiapan jihadlah ya ? Lagi-lagi cuan bisa membantu memudahkan agenda ini.

Walau tentu saja kita mesti tetap cermat bahwa sepenting-pentingnya duit, masih penting dua hal berikut ini. 

Apa itu ? 

Ilmu dan akhlak.

Ilmu dan akhlak harus ada di balik uang, proses mendapatkan maupun pembelanjaannya. Hal ini menyangkut cara memperoleh duit yang halal dan mudah, maupun saat membelanjakannya kemana dan untuk apa. Cari gimana agar impact nya baik dan barokahlah pokoknya.

Sampai di sini kita semakin paham, tentang tantangan kita sebagai ayah. Semakin ngerti tentang perlunya kita mengajarkan ilmu dan akhlaq, menyangkut uang sejak anak-anak masih kecil. Agar ketika remaja dia sudah memiliki pondasi yang kuat saat mencari harta dan saat membelanjakan hasil keringatnya tersebut.

Oke balik ke rasa penasaran tadi ya, gimana para miliarder itu bisa ngumpulin duit setinggi gunung itu.

Sebelumnya kita perlu nata hati dulu ya. Kita bikin pikiran kita positif full. Terlepas bahwa hidup mereka para miliarder itu memang full untuk dunia. Kesuksesan dan bahkan kebahagiaan hidup, mereka ukur dengan capaian dunia. 

Nah dalam batas-batas kita sebagai muslim, kita akan mencoba mengenali gimana sih sebenarnya proses uang bekerja di bisnis mereka ? 

Ini dia hasil penelusuran saya. Saya coba bikin sesederhana mungkin, biar gak pada gagal paham. 

Oke siap ya. Sekarang coba bayangkan anda bertemu dengan Bernard Arnault dalam sebuah seminar Internasional. Dia sebagai Key Note Speaker.

Nampak dia tampil percaya diri dalam balutan jas berwarna jas berwarna abu-abu. Baju dalam berwarna putih, memakai dasi sewarna dengan jasnya. Nanpak kantong di dada kiri. Celana berwarna abu-abu, dengan dua kantong di kanan dan kiri. 

Kantong jas saya kasih nama kantong cashflow. Kantong celana kanan saya namai kantong harta, yang kiri kantong utang.

Kantong cashflow mewakili arus kas yang ngurusi aliran masuk dan keluarnya uang. Uang masuk berasal dari penghasilan, baik berupa gaji karyawan ataupun keuntungan bisnisnya. Uang keluar artinya adalah uang untuk membayar pengeluaran.

Tangan kanan tugasnya bekerja menjemput uang, bisa dengan menjadi karyawan atau usahawan. Nah jika tangan tangan bekerja dengn baik dia akan membawa pulang uang lalu dimasukkan ke kantong baju alias kantong cashflow. 

Jadi tugas tangan kanan adalah mengisi kantong cashflow. Sebaliknya tangan kiri tupoksinya adalah mengatur penggunaan uang hasil kerja tangan kanan. Yang perlu diwaspadai dari tugas tangan kiri adalah, dia gampang tergiur oleh godaan duniawi.

Misalnya jika tangan kanan berhasil memasukkan uang 4 juta perbulan sebagai cashflow, maka tangan kiri dengan semangat patlima juga berusaha untuk mengatur pengeluaran alias belanja cashflow sebesar 4 juta tersebut. Awas waspada di sini potensi bahaya sudah mulai memasang perangkap.

Kadang tangan kanan sudah bekerja keras sehingga berhasil memasukkanuang sebesar 4 juta. Tapi karena godaan duniawi berhembus dengan kuat, tangan kiri bekerja lebih keras sehingga total kerjanya menghabiskan belanja sampai 5 juta. Tekor dong ?

Jangan tanya dia nomboki dari mana. Karena di kantong cashflow hanya ada 4 juta, maka dia akan gerilya merogoh kantong terdekat yaitu kantong utang. Aartinya 4 juta keluar dri kantong cashflow, sedangkan yang 1 juta keluar gari kantong utang. Bisa dengan cara gesek kartu kedit, cicilan tanpa bunga, pinjam uang arisan RT atau kas masjid dan lain-lain. Miris tapi begitulah godaan duniawi yang berseliweran di sekitar kita.

Tapi kebiasaan ini harus kita putus, cukup sampai di generasi X saja. Artinya kita putus jangan sampai menjalar pada generasi Y alias generasi anak-anak kita. Agar generasi mereka bisa mewujudkan diri sebagai generasi pejuang dan penerus bangsa kita. Generasi yang shalih dan kaya raya, aamiin.

Caranya ? …

tobe continue …

Halah kontinyu lagi, penonton kecewa !

Posting Komentar untuk "AYAH DAN UANG BAGIAN 3"