Ramadhan Sebagai Sekolah, Ayah Sebagai Kepala Sekolah

 


By Ayah Syam ( Komunitas Ayah Keren )

Rupa-rupa warna orang mengelola bulan Ramadhan. Pilihan model yang dia ambil itu merupakan cerminan dari pemahaman dia terhadap keberadaan bulan mulia itu. 

Sebagian orang mengelola Ramadhan dengan memanfaatkannya sebagai alat untuk meng-up grade kualitas dirinya. Inilah sekelompok orang yang tahu, paham dan sadar akan kemuliaan bulan ramadhan.

Namun tak bisa disangkal, bahwa masih ada juga sebagian dari umat Islam yang kurang aware dengan kehadirannya, kurang ngeh dengan kemuliaannya. Tanpa dia sadari sesungguhnya sikapnya ini, dia sedang men-down grade dirinya sendiri.

Ibarat tamu, ramadhan datang ke rumah-rumah kita dengan buah tangan yang beraneka rupa. Dia membawa banyak hadiah, undangan pesta, harapan tentang masa depan dan masih banyak yang lainnya.

Ada sabun mandi dan sampo untuk membersihkan badan kita, ada roti, keju dan susu yang menguatkan tulang kita, ada parfum malaikat subuh yang aroma wanginya bisa mengharumkan tubuh kita sekaligus mengingatkan kita pada perjumpaan dengan Allah dan lain-lain.

Bagaimana kita menyambut tamu yang baik, shalih dan dermawan ini ? 

Tentu kita menyambutnya dengan baik. Karena begitulah adab yang diajarkan oleh agama kita dalam menerima tamu.

Ketika kita menyambutnya dengan baik, maka semua oleh-oleh akan diberikan kepada kita.

Sabun dan samponya bisa membersihkan tubuh kita tidak sekedar sisi fisiknya. Tapi dosa-dosa kita, salah dan khilaf kita rontok oleh busa sabun dan sampo kiriman sang tamu. Kitapun tampil putih bersih, bahkan cenderung glowing.

Lalu roti, keju dan susunya, tidak hanya menjadikan jasad kita menjadi qowi, alias badan yang kuat. Lebih dari itu energi yang dihasilkan dari ketiga bahan makanan orang kaya tersebut akan memberikan power kepada kita untuk bisa mengelola Ramadhan dengan kerja terbaik.

Bahkan pasca Ramadhan energi itu masih tetap fresh, hingga bisa menanam bijih Ramadhan di sepanjang bulan-bulan pasca Ramadhan. Luar biasa ya ?

Demikian juga dengan parfum bawaan sang tamu. Ini parfum memang luar biasa. Karena dia tidak sekedar memberikan aroma harum atas tubuh kita. Namun akhlaq kita bisa dibikin harum olehnya, sehingga diri kita seakan menjadi bunga mawar merah yang disuka masyarakat sekitar kita.

Itulah oleh-oleh yang dibawa sang tamu, yang memaksa untuk masuk ke rumah kita. Dia memaksa kita untuk menerima hadiah yang dia bawa.

Namun anehnya ada sebagian orang yang tetap keukeuh menutup pintu dan jendela rumahnya. Pintu yang tertutup menjadikan ramadhan tidak bisa mengantar hadiah ke dalam rumahnya. Jendela yang tertutup menjadikan suara Ramadhan tidak terdengar dari dalam rumah saat dia memanggil-manggil namanya. 

Dia hanya bisa berteriak seperti tukang antar paket yang mengirimkan barang ke rumah kita,"Permisi Paket, Paket" dari luar rumah kita. Sementara kita asyik di dalam rumah tanpa pernah menggubris panggilan dari luar.

Orang model ini tidak bakal mendapatkan hadiah Ramadhan, sampai dia mau membuka pintu dan jendela rumahnya. Agar saat sang tamu datang ke rumahnya untuk mengantar hadiah, dia leluasa masuk ke rumahnya, tanpa harus capek berteriak-teriak seperti tukang antar paket.

Ada ya orang seperti ini ?

Ada.

Orang yang jenis orang diberi hadiah menarik dia menolak, ada ya orang kayak gini.

Ada, karena dia gak ngerti bahwa tamunya membawa hadiah. Atau dia tahu, tapi dia malas untuk bangun dari tidurnya, karena kadang tamunya datang di waktu  seperti malam yang terakhir. 

Biasanya hadiah-hadiah utama jadwal kirimnya memang di jam ngantuk seperti itu, sehingga sebagian orang masih terseret di indahnya pemandangan pantai kapuk. Kedatangan hadiah pun terabaikan.

Nah bagaimana agar anak-anak kita, bisa menjadi orang yang siap untuk menerima hadiah agung dari sang tamu ?

Itulah PR yang hakiki buat kita semua para ayah. 

Ramadhan adalah sekolahan dan ayah adalah kepala sekolahnya. Kombinasi dari Ramadhan yang mulia dan ayah keren adalah kunci penting untuk mendidik anak-anak kita.

Untuk itu kita mesti bikin planning yang bagus dan realistis tentang bagaimana mengelola Ramadhan dengan baik.

Apa planningmu di tahun ini ?

Surakarta, 5 Maret 2024.

Posting Komentar untuk "Ramadhan Sebagai Sekolah, Ayah Sebagai Kepala Sekolah "