RAMADHAN, AYAH DAN SOKOGURU DUNIA (bag. 3)



By Pak Syam

Tapi coba cermati berbagai forum parenting itu, jujur ya mayoritas konten mereka hanya sibuk mengulas penyakit saja. 

Terutama penyakit kekinian para milenial; narkoba, bullying, tawuran, pergaulan bebas. 

Apakah itu konten yang jelek ? Nggak juga. Itu konten yang bagus, karena bisa mengobati penyakit anak-anak itu.

Tapi itu hanya satu sisi. Ibaratnya kata kawan aku, insinyur @Yusuf Gubug Digital  pakar pertanian dari komunitas Petani Muda Klaten, yang mereka lakukan itu ibarat nyemprot wereng. 

Itu bagus, tapi sebenarnya ada jenis pengendalian hama terpadu. Untuk itu mesti di cari under-undarane masalah ada di mana. 

Dari sana dilakukan pengendalian.

Dalam kontek parenting pun hukum pengendalian hama ini juga berlaku. Di sana ada masalah dan ada akar masalah.

Penanganan masalah yang baik bermula dari akarnya.

Nah dalam masalah parenting, bisa dibilang jarang yang menyentuh variabel perwujudan izzul islam wal muslimin (kejayaan islam dan umatnya). Padahal di sanalah letak akarnya. 

Maka jangan heran kalau isu parenting hari ini tidak bisa menggugah minat mayoritas ayah. Isu-isu yang diangkat selama ini gak nendang.

Parenting ? 

Ayah ngurusi parenting ?

Keayahan ? Ngapain mikirin yang begitu-begitu ?

Paling begitu komen para ayah kalau ditanyakan tentang tema-tema kepengasuhan atau keayahan.

Harus diakui bahwa isu parenting dan fatherhood (keayahan), memang belum banyak menarik minat para ayah.

Sangat mungkin karena selama ini yang diangkat di dunia parenting baru isu ‘cabang’ atau isu-isu yang kurang maco di mata para ayah. Jelaslah adrenalin para ayah gak kepancing keluar. 

Ayah kan secara naluri menyukai tantangan, isu cabang seperti itu jadi kurang menarik lah. Baginya masih lebih asyik berlama-lama di kantor, dari pada membersamai anak-anak di rumah. 

Walaupun gak sama persis mungkin ini mirip proyek pengendalian Aids atau penyebaran HIV, dengan memperbanyak counter tempat pembelian kondom di mall dan tempat umum lainnya. Masalah gak akan selesai.

Coba kalau kita bisa mengangkat isu fatherhood yang maco, akan beda kondisinya. 

Padahal kalau kita tahu tantangan para ayah yang sebenarnya pastilah para ayah akan tergerak.

Karena sebenarnya tantangan fatherhood terpenting hari ini adalah memperjuangkan islam bisa berperan aktif mencerahkan, mensejahterakan dan membawa keadilan bagi seluruh bangsa di tingkat global. Itu isu terbesarnya.

Kalau isu ini bisa menjadi isu mainstream di dunia fatherhood, maka para ayah pasti bakal berbondong-bondong menghadiri forum-forum keayahan.

Karena para ayah harus mendidik anak-anaknya butuh pengetahuan yanag cukup. 

Orientasi pendidikan anak-anaknya adalah mengupgrade kualitas anak-anaknya menjadi Sumber Daya Manusia handal yang siap membawa islam ke level soko gurudunia. Itu sih yang paling utama.

(-)  Gimana caranya bos, ngomong sih gampang ?

(+) Ya caranya terserah kamu lah.

(-) Jangan lempar batu sembunyi tangan deh. Kan situ yang ngangkat isu, kasih solusi dong !

(+) Oke siap, sekarang dengerin penjelasan saya ya. 

Saya akan tunjukkan bahwa Ramadhan adalah sarana tarbiyah yang dahsyat untuk memulai proyek membawa islam ke level sokoguru dunia.

Oke kita yakin ya bahwa bulan Ramadhan adalah utama yang penuh berkah. Bulan mulia yang nyala spiritnya dari masa ke masa tak pernah kendor. 

Bahkan dari hari ke hari nyalanya terus bertambah-tambah. Kamu mesti siap untuk dibakar.

(+) Katakan siap !

(-) Siap !

(+) Sia papa ?

(-) Siap dibakaaarr !

(+) Oke mantap !

Lalu Ramadhan juga bulan full tarbiyah yang auranya terasa sangat kuat, menuntun manusia dari jalan gelap berliku menuju titik terang benderang seterang matahari siang.

Cakupan tarbiyahnya lengkap dan menyeluruh mulai dari tarbiyah ruhiyah (spiritual), fikriyah (intelektual), syu’uriyah (emosional) dan jasadiyah (fisik).

Di sinilah ayah mestinya berperan aktif mengajarkan kepada anak-anaknya bahwa ruhiyah kita akan tercerahkan jika kesalahan dan dosa kita diampuni Allah. 

Di bulan ini dibuka lebar-lebar peluang ampunan bagi dosa siapa pun dan seberapa pun takarannya, mau segede gunung Merapi atau seluas pantai Parangtritis sampai New Zealand. Asal dia seorang mukmin dan tidak syirik, dia berpeluang untuk diampuni dosanya dan dibanjiri pahala.

Bersihnya jiwa dari dosa adalah modal awal dalam pembangunan spiritual manusia. 

Puasa meningkatkan imam dan kepekaan. Saat puasa orang relative terpelihara untuk tetap berada dalam kesadaran tentang apa yang boleh dan tak boleh dilakukan. Sehingga spiritual kita akan terus naik. 

Bila hal ini secara konsisten terus kita jaga, maka hal ini akan membawa kepada penyempurnaan kematangan ruhiyah kita, sehingga aura positifnya mewarnai semua aspek kehidupan kita.

Dari sisi fikriyah ayah bisa sampaikan ke anak-anak bahwa kita terus didorong untuk mengasah otak melalui tilawah dan tadabur Qur'an, Alqur’an sering mendesak pikiran kritis kita untuk merespon kalimat-kalimat menantang; afala ta’qilun, afala tatadabbarun di hadapan segala problema kita; ekonomi, politik, budaya, ketatanegaraan, berpartai, berpolitik, berpemilu dan lain-lain.

Kabar dari dunia medis mengatakan bahwa selama puasa, glukosa sebagai salah satu zat gizi penting untuk otak hanya mampu memenuhi tidak sampai separuh kebutuhan otak. 

Efeknya bisa memaksa tubuh memecah cadangan energi yang ada pada organ hati, berupa glikogen dan asam lemak.

Hal ini berdampak baik bagi tubuh karena energi cadangan untuk otak yang ada pada organ hati akan dipakai. 

Juga tubuh memiliki kesempatan untuk meregenerasi atau memperbarui cadangan energi dalam tubuh, utamanya yang ada pada organ hati. 

Kondisi ini membuat cadangan energi dalam tubuh menjadi lebih baik karena selalu melakukan regenerasi.

Saat puasa hormon lapar, yaitu ghrelin, akan memicu tubuh mengalami proses autofagi atau detoks. 

Proses ini yang akan mendukung terjadinya penghancuran sel-sel tua yang ada pada otak, sehingga sel yang ada pada otak dapat dirombak dan menghasilkan sel baru yang masih berkualitas bagus untuk menjalankan fungsi vital otak

Dari sisi syu'uriyah kita bisa menyampaikan kepada anak, Ramadhan tak kenal lelah terus berupaya secara aktif menumbuhkan bibit-bibit solidaritas dan empati pada sesama, dari setiap laparnya perut kita dan hausnya tenggorokan kita. 

“Lapar itu tidak nyaman to. Itu baru seharian saja lo".

"Coba kalian bayangkan bagaimana laparnya saudara kita di Palestina. Mereka sudah lapar sejak beberapa bulan lalu lo. Saat maghrib mereka tidak ada ta’jil lo”

Puasa Ramadhan juga mengajarkan kita, agar selalu  bergerak menuju perubahan, begitu juga dari segi mindset, kita sudah memiliki mindset sukses dan kemenangan dengan pembuktian bahwa kita bisa melakukan hal-hal yang pada hari-hari biasa dianggap berat, namun Ramadhan datang semuanya itu menjadi ringan, karena kita sedang menuju taqwa, dan inna lilmuttaqina mafaza (orang-orang bertaqwa itu adalah  mendapatkan kemenangan).

Jadi puasa bisa mencerdaskan emosional kita karena dalam puasa ada aktivitas yang melatih kesabaran dan manahan amarah, melatih untuk berempati kepada sesama, mengajarkan arti bersyukur, menghindarkan diri dari sifat rakus,  melatih kedisiplinan dan tanggung jawab, mengajarkan untuk saling menghormati, mengajarkan untuk lebih banyak berbagi kepada sesama. 

Terakhir tarbiyah jasadiyah, dimana dengan puasa tubuh kita menyelenggarakan banyak proyek kesehatan. 

Saat itu tubuh membakar lemak dan memicu pengurangan berat badan, penurunan tingkat kolesterol hingga memperkecil risiko terjadinya diabetes. 

Seorang konsultan kedokteran, Dr Razeen Mahroof, mengatakan bahwa dalam kehidupan sehari-hari, manusia seringkali mengonsumsi kalori secara berlebih. 

Dengan berpuasa, bisa mencegah tubuh akan hal tersebut dan menunjang tubuh melakukan tugasnya yang lain dengan lebih baik. 

Ketika berpuasa, tubuh yang kerap mengonsumsi kalori berlebih diperbaiki, hingga memungkinkan tubuh mengalihkan perhatiannya akan fungsi-fungsinya yang lain. 

Jadi, puasa memberi manfaat pada tubuh dengan memfasilitasi penyembuhan secara mandiri dan mencegah infeksi.

Usus besar, ginjal, hati dan kulit melakukan proses detoksifikasi atau proses penetralan racun dalam tubuh. 

Selama puasa tubuh kita melakukan pembangunan besar-besaran. 

Kita mesti mendukung proyek tubuh ini dengan pengaturan asupan makan yang masuk ke tubuh terutama saat sahur dan berbuka puasa dengan menu yang sehat dan seimbang. 

Jadi puasa potensial membuat fisik kita menjadi sehat dan bugar.

Jadi jelas ya begitu kentalnya tarbiyah di bulan ini, dari ruhiyah sampai fisik kita, sehingga siapapun yang memasuki Ramadhan dengan sungguh-sungguh, menjalani program Ramadhan dengan imanan wahtisaban, mesti tersibghoh (terpengaruh) dengan baik.

Dan kabar baiknya, sesiapa yang tersibghoh dengan baik dia akan lulus dengan baik dan mendapatkan sertifikat ruhani dengan gelar muttaqqin. 

Sebuah gelar yang hanya disematkan kepada hambanya yang tunduk dan patuh dalam ketakwaan. 

Kabar baik berikutnya, bagi para muttaqin ini ada bonus besar berupa kemudahan hidup, ketenangan dan ketenteraman, rezeki yang datangnya tak terjadwal, solusi atas problem hidupnya dan lain-lain. Itulah dahsyatnya Ramadhan.

Nah kalau kita sebagai ayah berhasil meng-coaching anak-anak kita, hingga puasa mereka efektif mencerdaskan semua komponen dalam dirinya, maka jalan ke arah islam level sokoguru dunia makin asyik aja.

 …to be continued

Klaten, 19 Maret 2024

Posting Komentar untuk " RAMADHAN, AYAH DAN SOKOGURU DUNIA (bag. 3)"