KEAYAHAN, APA GUNANYA ?



Ayah Syam

(Komunitas Ayah Keren)

Di beberapa momen saya mencoba menghembuskan isu keayahan. Group WA, pengajian, obrolan dengan kawan dan handai taulan, adalah sebagian dari beberapa tempat yang pernah saya hembuskan isu itu. 

Tanggapan mereka umumnya dingin. Sampai hari ini, kayaknya isu keayahan ini memang masih banyak mengandung es. Dingin !

Dan dalam bongkahan es itu, saya samar-samar seperti melihat ada tulisan berwarna merah : kita ngomongin keayahan emang gunanya buat apa sih ? 

Kali lain, saya mengisi acara Pertemuan Orang Tua Murid dan Guru (POMG). Mayoritas pesertanya ibu-ibu, padahal undangannya untuk kedua orang tua. Temanya pun : Peran ayah dalam ..bla bla bla...

Dalam pertemuan tersebut bermunculan PR orang tua terkait anak-anaknya. Mana yang anaknya disuruh belajar susah, mager, fakta tentang pergaulan remaja yang sudah mengkhawatirkan, rapuhnya mentalitas remaja kita dan pertanyaan lain yang mengindikasikan kurang efektifnya peran ayah di keluarga.

Sampai di sini saya belum bisa mengerti, kenapa dunia keayahan masih banyak mengandung es, yang dingin. Padahal di acara POMG tersebut mengandung banyak remason, yang panas.

Entah apa yang merasuki pikiran para ayah itu ...

Pagi tadi saya visit ke sebuah pabrik tekstil besar. Mungkin tekstil terbesar di Jawa Tengah Setelah Sritex.

Di masa jasanya era 80 an dia menjadi raja ekspor tekstil untuk wilayah Timur Tengah.

Seiring pergantian manajemen dari generasi ayah ke generasi anaknya, lambat tapi pasti pabrik ini mengalami penurunan produksi.

Qodarullah tahun lalu ada wabah pandemi Covid 19. Momen ini turut menyempurnakan kemunduran pabrik menuju ke kondisi yang sekarang. 

Hingga tadi pagi saya menyaksikan ratusan mesin pabrik yang sudah tidak lagi beroperasi. Karyawan yang tinggal beberapa gelintir orang saja, aktivitas produksi, marketing, pengiriman barang mandeg.

Gedung-dung tua yang di era kejayaannya mempekerjakan tak kurang dari 1500 karyawan itu, membantu menjelaskan kepada saya bahwa peran keayahan itu sangat penting. 

Betapa raksasa tekstil sebesar itu bisa kolaps jika transfer knowledge tidak berjalan dengan baik antara ayah dan anak.

Nah itu kejadian di dunia bisnis. Dalam konteks keumatan pun saya memiliki keyakinan yang sama. 

Jika kita para ayah tidak bisa mewariskan nilai-nilai keislaman kita kepada anak-anak biologis kita dengan baik, sangat mungkin penerapan nilai ideologis dari agama kita ke kehidupan sosial akan terganggu. 

Karena itu kita hendaknya tidak hanya berharap keberlanjutan jalannya roda agama ini hanya dari anak-anak ideologis kita saja. Justru anak-anak biologis kita mesti menjadi prioritas kita. Itu intinya.

Syukurlah sebagai ayah kita memiliki keinginan yang tinggi untuk melihat Islam kembali menjadi soko guru dunia (ustadziyatul 'alam).

Ghiroh para ayah untuk memasukkan anak-anaknya ke pesantren patut diacungi jempol. Kalau bukan ke pesantren minimal ke sekolah boarding model Sekolah Islam Terpadu.

Keinginan para ayah untuk memiliki putra dan putri penghafal qur'an sangat besar. Hal itu ditunjukkan dengan fasilitas yang diberikan kepada anak-anak mereka. 

Alhamdulillah ini kabar yang menggembirakan.

Tapi kesiapan Islam untuk menjadi soko guru dunia, membutuhkan lebih dari kabar yang menggembirakan seperti banyak menghafal Qur'an, mempelajari hadits, mendalami fikih.

Untuk menjadi soko guru dunia, disamping membutuhkan ulama yang hafidz Qur'an, pakar tafsir, ahli hadits, kita juga membutuhkan praktisi, pakar pada semua bidang yang menjadi penopang tegaknya peradaban Islam.

Kita membutuhkan ekonom yang paham tentang mikro dan makro ekonomi, serta moneter. Kita membutuhkan sosiolog yang bisa memberikan signal lebih awal jika kondisi sosial kita mulai tidak sehat, pakar hukum tata negara yang memberikan panduan bagi pengelolaan negara.

Kita membutuhkan para jenderal yang kuat, cerdas dan alim untuk mengelola kemanan yang memberi rasa aman di kalangan internal, dan  memancarkan aura kewibawaan yang kuat ke pihak eksternal.

Nah sampai di sini, pertanyaan di atas mulai sedikit terjawab. Apa gunanya kita bicara keayahan ?

Ayahlah pihak pertama yang harus menyiapkan unsur-unsur pembentuk soko guru dunia itu semua.

Maka sebenarnya tema tentang keayahan itu tidaklah banyak mengandung es, bukan pula sekedar mengandung reumason. 

Tapi tema keayahan itu full bara. Karena pikiran anak itu lebih mirip tungku yang siap untuk dinyalakan daripada sekedar ember untuk diisi air.

Jika para ayah memandang kepala anaknya hanya sebagai ember yang siap diisi ilmu, maka anak-anak kita hanya akan menjadi follower.

Namun jika para ayah memandang pikiran anak sebagai tunggu yang siap dinyalakan maka, insya Allah yang namanya kebangkitan Islam itu tinggal menunggu waktu saja. Di dua generasi di belakang kita insya Allah peradaban Islam sudah hadir. Insya Allah. Itulah Ayah Keren

Jadi clear ya, tema keayahan itu penting.

Klaten, 5 Februari 2024

Posting Komentar untuk "KEAYAHAN, APA GUNANYA ?"